Beberapa waktu ini saya hanya bisa
mengikuti pembelajaran menulis ini dengan membaca di grup WA saja, tidak bisa
sambil mengerjakan tugas. Akhirnya hari Minggu, 17 Mei 2020 ini, saya harus
melembur agar tetap bisa menyelesaikan tugas saya dengan sebaik-baiknya sebagai
bentuk disiplin pribadi dan rasa tanggungjawab.
Seperti pembelajaran sebelumnya, selalu kisah kisah inspiratif dan ilmu-ilmu yang luar biasa yang dibagikan oleh nara sumber. Pembelajaran siang ini seharusnya bersama Bapak Edi Arham, tetapi karena beliau berhalangan hadir maka digantikan oleh Omjay - panggilan akrab dari Bapak Wijaya Kusuma. Beliau sangat antusias menceritakan kisah-kisah hidupnya dan perjuangannya menjadi seorang penulis sampai memperoleh banyak sekali penghargaan dan kejuaraan. Siang itu pada pukul 13.00-15.00 WIB Omjay menyampaikan materi dengan tema “Ketika Bukumu di Tolak Penerbit Mayor”. Mari simak kisah Omjay.
Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh
penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak
nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit
gigi daripada sakit hati ini, hihihi.
Namun perlu anda ketahui. Saya termasuk orang yang
pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, saya
tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya menerimanya
dengan senyuman meskipun terasa pahit.
Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal.
Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati
cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu
dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.
Saya perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca
kembali. Beberapa teman yang saya percaya , saya minta untuk memberikan
masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak
untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati. Ibarat seorang mahasiswa S1 yang
skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang
tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal
desertasinya.
Saya sangat berterima kasih kepada para penerbit yang
sudah menolak buku yang saya susun.
Dengan begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau
seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku
karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku saya terbit tapi tidak banyak
pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca.
Saya jadi banyak belajar semenjak buku ditolak
penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi
lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya
belajar dari penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best
seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca
pembaca. Saat itu saya semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang
sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai
tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung
yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya
teruji.
Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan
jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan
semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu
akan banyak dibaca orang. “Aha, kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah.”
Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor
mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun. Kamupun tersenyum
ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan
juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti royalty buku yang
kami terima saat ini.
Selesai pemaparan kisah hidup Omjay,
seperti biasanya kami melanjutkan dengan tanya jawab. Dan menarik untuk saudara
baca setiap pertanyaan dan jawabannya.
1.
Dari
Donieks Smaradhana. Palangka Raya. Kalteng
Sebenarnya apa dasar alasan penerbit
menolak tulisan yg kita ingin kita berikan
Selain itu bagaimana kita memiliki
rasa percaya diri bahwa tulisan kita menarik, sudah sesuai enak dibaca.
Jawaban :
Dasarnya karena tulisan kita kurang
sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat
menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku. Rasa percaya diri itu
dibangun mlalui proses terus menerus, dan jatuh bangun. Seperti anda belajar
sepeda, awalnya agak susah naik sepeda. tapi kalau sdh bisa mah enak enak saja,
hehehe
2. Assalamu'alaikum
Omjay, mau nanya. Bagaimana cara menerbitkan buku dari kumpulan resume yg telah
kita buat? Sy ingin menerbitkannya, tp bgm caranya? Ditawarkam kpd siapa?
Terima kasih. (Isminatun)
Jawaban:
Segera kumpulkan dari pertemuan pertama sampai terkhir, gabung dalam satu
file. kemudian lihat buku-buku yang sdh diterbitkan penerbit andi, kemudian
tawarkan ke penerbit andi yogya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar