Minggu, 17 Mei 2020

Bangkitlah Saat Ditolak Penerbit Mayor

Beberapa waktu ini saya hanya bisa mengikuti pembelajaran menulis ini dengan membaca di grup WA saja, tidak bisa sambil mengerjakan tugas. Akhirnya hari Minggu, 17 Mei 2020 ini, saya harus melembur agar tetap bisa menyelesaikan tugas saya dengan sebaik-baiknya sebagai bentuk disiplin pribadi dan rasa tanggungjawab.

Seperti pembelajaran sebelumnya, selalu kisah kisah inspiratif dan ilmu-ilmu yang luar biasa yang dibagikan oleh nara sumber. Pembelajaran siang ini seharusnya bersama Bapak Edi Arham, tetapi karena beliau berhalangan hadir maka digantikan oleh Omjay - panggilan akrab dari Bapak Wijaya Kusuma.  Beliau sangat antusias menceritakan kisah-kisah hidupnya dan perjuangannya menjadi seorang penulis sampai memperoleh banyak sekali penghargaan dan kejuaraan. Siang itu pada pukul 13.00-15.00 WIB Omjay menyampaikan materi dengan tema “Ketika Bukumu di Tolak Penerbit Mayor”. Mari simak kisah Omjay.


Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi.

 

Namun perlu anda ketahui. Saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.

 

Saya perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang saya percaya , saya minta untuk memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati. Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya.

 

Saya sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun.  Dengan begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku saya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca.

 

Saya jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca. Saat itu saya semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.

 

Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. “Aha, kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah.”

 

Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun. Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti royalty buku yang kami terima saat ini.


Selesai pemaparan kisah hidup Omjay, seperti biasanya kami melanjutkan dengan tanya jawab. Dan menarik untuk saudara baca setiap pertanyaan dan jawabannya. 


1.        Dari Donieks Smaradhana.  Palangka Raya.  Kalteng

Sebenarnya apa dasar alasan penerbit menolak tulisan yg kita ingin kita berikan

Selain itu bagaimana kita memiliki rasa percaya diri bahwa tulisan kita menarik, sudah sesuai enak dibaca.

Jawaban :

Dasarnya karena tulisan kita kurang sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku. Rasa percaya diri itu dibangun mlalui proses terus menerus, dan jatuh bangun. Seperti anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda. tapi kalau sdh bisa mah enak enak saja, hehehe

 

2.      Assalamu'alaikum Omjay, mau nanya. Bagaimana cara menerbitkan buku dari kumpulan resume yg telah kita buat? Sy ingin menerbitkannya, tp bgm caranya? Ditawarkam kpd siapa? Terima kasih. (Isminatun)

Jawaban:

Segera kumpulkan dari pertemuan pertama sampai terkhir, gabung dalam satu file. kemudian lihat buku-buku yang sdh diterbitkan penerbit andi, kemudian tawarkan ke penerbit andi yogya. 




Ini contoh buku yang ditolak penerbit mayor. Kami tidak putus asa dan terus bersemangat untuk memperbaiki isi bukunya. Alhamdulillah akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku ini, kami keliling Indonesia untuk berbagi ilmu PTK.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar