masih muda, pintar dan berbakat sangat menginspirasi |
Awal perkuliahan atau pelatihan dimulai dengan menyaksikan pembelajaran melalui link youtube. https://www.youtube.com/watch?v=_7_bUDRAnhY&feature=youtu.be
Apakah kita harus
melalui tahapan 4R itu agar buku yg diterbitkan berkualitas?
Ada hal yang
baru yang kembali saya dapatkan melalui pelatihan ini yaitu 4 R (Renjana,
Rutin, Review dan Ruang Pembaca). Mari kita bahasa satu per satu.
1. Renjana
Renjana
adalah bahasa yang masih tidak umum kita dengar, yang berarti passion, yang
maksudnya adalah apa yang paling kita sukai, paling diminati, paling menjadi
beban di hati, paling kita kasih perhatian lebih. Renjana bisa juga saya
katakan fokus hidup kita, beban hidup kita ada di sana dan hati kita tertuju
pada hal tersebut. Dalam menulis, genre kita akan sangat dipengaruhi oleh
renjana kita. Seseorang bisa memiliki lebih dari satu genre, namun sebagai
pemula sebaiknya kita belajar fokus menulis dari minat-minat yang ada dalam
diri kita sendiri. Nanti lama kelamaan genre kita akan berkembang dan kita bisa
menguasai beberapa genre. Jika kita bingung menulis itu bagaimana, mulailan
menulis dari apa yang kita minati lebih dahulu.
2. Rutin
Seorang
penulis sejati pasti akan menyediakan waktunya untuk menulis secara konsisten.
Beberapa kali kita dengar juga dari pembicara lainnya betapa penting mengeset waktu kita untuk menulis. Ini salah
satu bentuk mendisiplin diri, dengan menyediakan waktu atau mentargetkan diri
menulis sehari berapa kata atau berapa artikel.
3. Review
Setelah
kita selesai menulis, kita bisa libatkan beberapa orang untuk membaca tulisan
kita dan memberikan review atas tulisan kita. Review ini akan membantu kita
untuk melihat kembali apakah ada hal hal yang perlu kita perbaiki dari sudut
pandang orang lain yang membaca tulisan kita.
4. Ruang
Pembaca
Sebelum
kita melaunching buku kita atau tulisan kita, ada baiknya jika kita memberi
kesempatan kepada lebih banyak pembaca untuk membaca buku kita sehingga buku
kita bisa dinilai oleh lebih banyak orang sebelum nanti dipublish. Dengan memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang
untuk membacanya, juga akan membuat kita mengerti apakah buku kita nantinya
dipasaran akan disukai atau diminati atau tidak.
Berikut
adalah sesi tanya jawab yang kita juga bisa baca dan menambah wawasan dan
penjelasan di atas.
Apakah
kita harus melalui tahapan 4R itu agar buku yg diterbitkan berkualitas?
Bu
Nani, Bogor
|
Bu
Nani yang bersemangat, tidak selalu seperti itu. Ini dirangkum dr pengalaman2
penulis yg hebat yg sudah menerbitkan banyak buku dan disukai. Mereka akan
menulis yg betul2 sesuai dgn renjananya lalu terbiasa menulis (rutin). Pada
awal menulis buku, jangan kita dipusingkan dengan editing & lain2nya yg
nanti justru akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru
dilakukan review berulang (dan ini proses panjang). Seringkali bahkan naskah
final sangat berbeda dr naskah awalnya... Kekuatannya di review ini. Untuk
ruang pembaca, tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar
masukan dari pembaca juga.... Tapi jangan sampai kita juga hanyut menulis
hanya untuk memenuhi kebutuhan pembaca, nanti tidak timbul kebahagiaan.
Selamat terus menulis...
|
Ini Bu Beni
Bojonegoro, tanya bagaimana teknis / langkah mengubah tulisan dr best
practice menjadi tulisan populer?
terima kasih 🙏🏽
|
Ibu
Beni dari Bojonegore yang saya hormati, pertanyaan yang sangat menarik.
Banyak buku-buku yang sekarang best seller adalah buku2 ilmiah tapi
disajikannya dalam bentuk populer tidak penuh dengan data-data yang
memusingkan. Sebaiknya ibu membaca contoh buku2 populer yang berdasarkan
pendekatan ilmiah... Dari buku-buku ini yang saya perhatikan mereka akan
membahas "Permasalahan" lalu "jawabannya" dgn sedikit2
memasukkan teori2 pendukung. Jadi yang dibahas bukan teroinya, ada unsur
emosi kuat yang dibangun sehingga ada konektivitas dengan pembaca.
|
Assalamualaikum.
Saya Siti Fatimah dari Mojokerto.
Sebagai pemula saya
masih bingung menentukan passion saya dimana. Bagaimana kita mengetahui
passion kita dengan mudah
|
Wa
alaikum slm wr wb..
Ibu
Fatimah, tidak sedikit orang yang merasakan hal yang sama dengan ibu. Memang
ada orng-orang yang dari awal sudah tau apa bidang menulis yang akan
digelutinya dan ada juga yang butuh waktu. Cara paling ampuh adalah dengan
terus menulis, nanti akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan
mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan
pun nanti akan terlihat apa yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari
bank yang sudah kita kupulkan, apa sih yang menarik untuk kita yang mendorong
kita untuk mengungkapkannya, nah itulah renjana kita. Cara lain paling mudah
mengetahuinya adalah dengan melihat mana tulisan yang paling cepat saya
selesaikan dan kita merasa mudah.
|
Assalamualaikum,
saya Warsih dari Kota Tangerang. Mau menanyakan tentang pembuatan buku
anak-anak. Misalnya kita menulis berdasarkan apa yang kita lihat, kemudian
kita tambahkan dengan khayalan dan imajinasi kita boleh tidak. Jadi tidak
pyur fiksi. Nah yang sperti itu termasuk kategori buku apa Bu. Trimakasih
|
Wa
alaikum slm wr wb....
Ibu
Asih pecinta buku anak, boleh sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak.
Justru imajinasi itu kekuatan dari buku anak. Seperti binatang berbicara,
anak pergi ke ruang angkasa, berteman dengan robot, itu adalah imajinasi.
Yang
tidak boleh adalah takhayul dan imajinasi yang mengandung kekekrasan. Saya
pribadi keberatan dengan anak durhaka menjadi batu, siasat membuh raksasa
seperti dalam legenda asal usul Danau Batur, dll. Sikap jahat akan ada
akibatnya, dan bisa dalam bentuk imajinasi tapi sebisa mungkin berkaitan
dengan perbuatannya & tidak berlebihan.
|
Assalamualaikum...
Saya ika siswati dari kota tangerang mau bertanya apa yang ibu lakukan sehingga dapat menemukan passion ibu yaitu menulis buku
anak?
|
Wa
alaikum slm wr wb... Saya menemukan renjana saya berawal dari pendidikan sy
di Amerika & Jepang yang di mana mereka sangat serius memikirkan buku
anak. TIdak halnya di Indonesia. Sebenarnya ini juga berawal dari kebutuhan,
saat di Jepang anak saya masih TK dan akan kembali ke Indonesia masuk SD.
Jadi saya harus mengajarkan membaca. Sy minta dikirimkan buku2 dari Indonesia
tapi saya tidak puas. Lalu saya menulis buku sendiri dan ternyata itu
menyenangkan buat saya dan saya merasa bisa memberi solusi pada permaslaahan
yang ada.
Selanjutnya
saya juga melakukan penelitian di bidang membaca usia SD, dan salah satu hal
yang dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Di pasar, buku anak berkualitas
itu biasanya harganya mahal. Ini yang menjadi motivasi besar, menciptakan
buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Ini yang menjadi motivasi
terbesar dan itulah passion saya... Walaupun saya tetap memaksakan diri untuk
terus menulis genre lain.
Karena
rutinnya saya menulis buku anak dan pendidikan, saya agak meninggalkan bentuk
tulisan ilmiah. Pada saat saya mengalami ini, saya "memaksa" diri
saya untuk mengirimkan rencana penelitian utk mendapat beasiswa. Denagn
tenggat yang jelas akan jadi motivasi untuk kita. Ini juga perlu dilakukan.
Alhamdulillah dengan research plan yg sy buat, sy bs diterima di univ di
jepang.
|
Pertanyaan buat Bu
Farrah
Ibu masih muda
sekali...dan tentunya bersemangat, apa yang melatarbelakangi ibu mendirikan
Tangga Edu dan juga bisa menjadi penulis
Terima kasih
Rachmi Banyuwangi
|
Ibu
RAchmi yang juga pastinya bersemangat, jawabannya sama dengan pertanyaan
kelima ya bu.... Yang menjadi motivasi sy adalah bagaimana memberi manfaat
sebesar mungkin untuk negri Indonesia tercinta ini... Sama dengan BApak &
Ibu semua...
|
Slmt
siang ibu Farrah, Bagaimana memanage 4 R ini agar menjadi sebuah kesatuan
utuh untuk saling melengkapi dalam menulis? Yulius Roma-Tana Toraja. Tks
|
Pak
Yulius dari Toraja, LAKUKAN... itu kunci utamanya pak... Dengan melakukan
maka saya yakin Bapak akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu diingat
adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu dipaksakan
juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita akan sangat terbiasa.... Saat
ingin dipublish ke orang lain, maka perlu dilakukan review berulang-ulang.
Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak akan jadi
karya krn kita berkutat dengan banyak hal. Selamat menulis.
|
Assalamualaikum Bu
Dina,,, saya Candra dr Langkat Sumatera Utara...trmksh formula 4R..sngat
mmbntu untuk sy sbgai yg br bljr untuk mnulis...prtnyaan saya Bu...mnrut ibu
apakah seorang penulis harus fokus pada satu passion atau genre tulisan agar
tulisannya btul2 baik...dan mmg ada tdk pngruh taste/rasa tulisan seseorang
yang suka mngrjkn dua tulisan(fiksi dn non fiksi) secara bersamaan? Trmksh bu🙏😊
|
Wa
alaikum slm wr wb...
Pak
Candra dari Langkat yang bersemangat menulis, ini menarik sekali untuk
didiskusikan... Sebagai awal, tulis dulu sesuatu yang mudah bagi kita, yang
sesuai dengan renjana kita, yang kita senang saat menuliskannya. Ini gunanya
untuk memberi reward terhadap diri sendiri. Dengan jadinya naskah yang kita
sukai, itu akan menjadi bahan bakar bagi kita untuk terus menulis. Jika di
awal kita sudah tidak cukup motivasinya, maka akan terhmbat, Tulislah sesuatu
yang benatul2 isi kepala atau hati kita yang ingin disampaikan ke orang lain.
Selanjutnya,
kita menyesuaikan diri dan bisa menulis dengan genre apapun, tentu dengan
latihan dan pembiasaan. Bahkan kita pun harus bisa menulis sesuai dengan
kebutuhan pembaca... Ini yang nantinya perlu dikuasai setelah kita menguasai
sedikit hal yang menjadi kekuatan utama kita. Semangat menuli 💪💪
|
Nama : Munandar,
Kabupaten Sumba Timur
Yth. Ibu Farrah,
bagaimana cara awal untuk mengetahui passion seseorang?
terimakasih
|
Pak
Munandar dari Sumba, jawabannya sama dengan pertanyaan no. 3 ya pak....
(silahkan dilihat). Kalaupun belum mengetahui pasiion nya saat ini, yang
penting adalah menuliskan sesuatu yang betul2 kita merasa menikmati dalam
menuliskannya...
|
Assalamualaikum
ibuk Farrah Dina, perkenalkan sy
Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang,
Perkenankan saya
bertanya ttg pengalaman ibuk Farrah dalam tulis menulis ibu mengatakan ada 4
R, salah satunya adalah Renjana, saya kurang pahan dari bahasa apa itu
Renjana dan mengapa ibuk letakkan di poin paling atas, Sekian wasalam
|
Pak
Syukri, renjana adalah passion, ketertarikan kita pada satu hal yang kita
akan mengerahkan energi kita untuk itu dengan senang hati. Menulis sesuatu
yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi kekuatan di awal. Manusia
memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu yang sesuai dengan
minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun akan cepat jadi.
Hasil tulisan yang jadi ini menjadi reward sendiri untuk kita sehingga kita
akan terus termotivasi untuk menulis. Setelah itu, barulah berkreasi dengan
berbagai genre agar kita menguasai
menulis berbagai hal... Trm ksh
|
Mat sore Bu Farrah,
bagaimana caranya agar dapat menerima tanggapan pembaca yang negatif pada
tahap ruang bagi pembaca? Bagaimana
tips mengubah penulisan ilmiah menjadi penulisan populer? Benny Belang.
Kupang-NTT.
|
Jawaban
PAk
Benny dari NTT, menerima tanggapan negatif memang tidak mudah. Jangan sampai
juga itu medemotivasi kita dan menghilangkan jati diri kita. Saat kita
mendengar tanggapan pembaca, yang perlu kita tahu sebenarnya adalah
penangkapan pembaca terhadap hasil tulisan kita. Apakah sama seperti apa yang
ingin kita sampaikan? Jika berbeda, apa yang berbeda (tentu perlu ada ruang
imajinasi yang berbeda antara pembaca dan penulis). Kemudian
"keseluruhan" atau "detail" apa yang tidak disuka. Kalau
tidak suka karena selera yang berbeda, maka bisa jadi pelajaran bahwa org dgn
persona seperti dia bukanlah target pembaca kita.
Jika
tidak sukanya karena "persepsi" atau "terjemahan" yang
berbeda dari yang sebenanrnya ingin kita sampaikan, maka mungkin ada
penulisan yang perlu diperbaik.
|
Assalaamu'alaikum
bu farah...td ibu menjelaskan tahapan menulis 4R. Yg pertama renjana
(passion). Pertanyaan saya kalau saya merasa renjana (passion) sy membuat buku pelajan fisika. Apakah
berarti sebaiknya saya menulis buku pelajaran fisika sj? Krn sy kalau mencoba
menulis buku fisika terasa lebih ringan dibanding mencoba menulis artikel dll. Sri indayani sman 1 paciran
|
Bu
Sri sang fisikawan, untuk tahap pertama maka sebaiknya ibu pilih buku fisika.
Ini untuk menciptakan reward bagi diri kita di awal agar kita terus
termotivasi untuk menulis. Namun setelah itu lebarkanlah sayap... Coba buat
artikel lain yang tetap mengaitkan dengan fisika (ilmiah menjadi populer) dan
berkreasilah dengan genre2 lain... Sebagai tambahan, dapat dibaca pada
jawaban pertanyaan kedelapan.
|
Assalamualaikum bu
fara..saya belum pernah menulis buku namun saya sering melakukan penelitian
dan ada beberapa yang saya publikasikan. pertanyaan bagaimana cara mudah menulis buku sebagai
pemula seperti saya karena bebrapa kali saya coba selalu gagal. terima tas
pencerahanx.
fitran _mataram
|
Wa
alaikum slaam wr wb... Pak Fitran yang suka meneliti, MULAI SAJA DULU
(seperti iklan di tv yaa...). Ini yang paling penting. Jika memang tertarik
dengan penelitian, coba ambil salah satu sudut dari penelitiannya untuk
dijadikan artikel (bukan keseluruhan penelitian). Ambil sisi yang dapat
dibangun konektivitasnya pada pembaca secara umum.
|
Saya M. Rasyid Nur
dari Karimun
Pertanyaan:
Sebelum menentukan
R(uang) pembaca apakah kita perlu meneliti atau survey untuk calon pembaca
buku kita. Lalu, bagaimana sebaiknya jika kita berharap pembacanya tidak
terlalu spesifik?
|
Pak
Rasyid, pada tahap awal kita menulis maka sebaiknya kita menulis untuk tujuan
diri kita. Apa yang ingin kita sampaikan. Agar keluar jati diri kita sambil
kita melihat yang cocok dengan tulisan kita itu pembaca yang bagaimana. BAru
kemudian kita berkembang, mulai menulis berdasrkan "pesanan"
artinya kita tentukan dulu sasaran pembacanya. Misalnya menulis untuk remaja
maka ada bahasa2 yang perlu disesuaikan, maka kita menulis dengan "frame"
pembaca di kepala kita... Nanti kita minta pendapat dari pembaca yang dituju
sesuai sasaran.
|
Salam sejahtera ibu
Farah
Menulis buku anak
itu tentu untuk membangkitkan minat maka perlu gambar. Apakah ibu menggambar
sendiri atau menggunakan jasa? Atau adakah cara lain mendapatkan gambar.
Buku Anak bagi saya
itu suatu kesulitan. Saya sudah mencobanya. Terbentur pada gambar, termasuk
bila harus meminta izin.
Terima kasih bila
ada tips yang berbeda.
Salam Literasi dari
Timor (Roni Bani)
|
Salam
Bapak Roni, saya membuat buku anak dengan desai berjenjang di awal. Mulai dr
pembaca pemula yang hrs penuh dengan gambar. Untuk ini tentu saya bekerja
sama dengan ilustrator. Byk komunitas2 ilustrator saat ini, termasuk di
medsos. Tapi pada jenjang yang lebih tinggi, buku anak akan lebih sedikit
gambarnya bahkan tidak bergambar (novel anak). NAnti bapak tentukan saja di
jenjang mana BApak ingin menuliskannya. JIka tertarik lebih lanjut, akan ada
workshopnya oleh Tangga Edu, silahkan ikuti media sosialnya IG @tanggaedu
& FB Tangga Edu untuk info terkini.
|
Salam Sehat Ibu
Farrah
Ini adalah hari
ke-8 saya mengikuti pelatihan menulis. Kiat2 untuk menulis diantaranya
menulis setiap hari, apa saja yg terlintas akan saya tulis. Jenis tulisan sya
masih bersift bebas dg kata2 yg mengalir begitu saja di dlm otak saya tulis.
Yg ingin sy tanyakn bgmn cara menulis secara ilmiah seperti PTK, Best Practice dengan baik
Elly Mahayani -
Jembrana Bali
|
Salam
Ibu Elly, selamat... dengan ibu sudah rutin menulis maka ibu sudah MEMULAI...
Nanti dari kumpulan tulis itu, pilih beberapa yang ingin direview dengan
serius hingga menjadi tulisan yang siap p ublikasi... Untuk tulisan ilmiah ke
populer, ada ji jawaban no. 2
|
Deni di Cimahi
Ijin bertanya. Ada yang bilang menulis buku anak itu lebih
menantang atau sulit. Terutama bahasa
yang digunakan musti sesuai dengan bahasa dunia anak. Bagaimana kiatnya?
|
Sulit
atau tidak sangat relatif. Tapi mungkin karena kita terbiasa dengan bahsa
dewasa. Kuncinya adalah sering mendengarkan anak berbicara & memberikan
buku kita pada anak agar kita tahu responnya... Kemudian bisa kita evaluasi.
Saat menulis untuk dewasa, apa yang kita tuliskan akan ditangkap sama oleh
pembaca. Tidak demikian dengan anak, hal sederhana saja bisa dipersepsikan
berbeda, tidak sama dengan apa yang kita maksud.
|
Assalamualaikum Ibu
Farah ,
Sesuai materi
tadi bahwa Pembaca itu sangat
dibutuhkan oleh penulis. Bagaimana cara menjadikan PD pada diri sendiri untuk
tidak malu tulisannya dibaca orang lain
Saya sering
menulis, tapi selesai menulis saya simpen. Pernah saya menulis di blog dulu
uuu sekali ( baru ttg RPP dan pembelajaran sih, sedikit) tapi kok temen aku langsung copas semuanya dan
dijadikan administrasi nya dan dijadikan atas namanya untuk mendapatkan ttd
pimpinannya. Padahal saya nulis itu mikir setengah mati.
Dari situ saya jadi
males share lagi.
Mungkin pikiran itu
salah. Mohon pencerahannya. Terimakasih
Santi~ Jayapura
|
Wa
alaikum slm wr wb.
Ibu
Santi, saat tulisan dipublikasikan maka hak penulis terhadap interpretasi
terhadap tulisan itu menjadi hilang. Interpretasi dan tanggapan pembaca tidak
bisa kita kontrol.... Maka perlu kebesaran hati, krn bisa saja tanggapan yang
tidak baik yang kita terima. Nah kalau tentang hak cipta yang dikopi, maka
pada saat kita membaginya di dunia maya, maka kita harus siap bahwa itu
menjadi milik publik. Walaupun itu salah, tapi di dunia maya kita sulit
mengkontrolnya.
|
Saya Sri Budi
Handayani dari Gresik
Mau bertanya
tentang proses kreatif mbak Farrah menulis buku anak , berikan contohnya,
|
Bu
Sri, karena saya menulis buku berjenjang maka banyak pakem yang harus sy
perhatikan. Biasanya saya memulai dr sesuatu value yang ingin saya kenalkan
pada anak tapi tidak dengan cara doktrin tapi tertangkap. Agar dapat byk ide,
maka saya byk menonton film anak, bergaul dengan anak2 & membaca buku2
anak. Contohnya buku "Sihdeh & Robot" yang intinya mengenalkan
cara menenangkan diri dengan menarik napas panjang. Kecenderungan anak
laki-laki agak sulit untuk menenangkan diri saat marah, maka diambillah tokoh
robot agar relate dengan anak laki. Setelah itu dibuat prosesnya, termasuk
membuat story board.... Dibaca anak2, lalu review & revisi lagi dst... Dr
masukan anak, bahkan judulnya pun ada perubahan.
|
Sri Sulastri dr
Bojonegoro, pertnyaan sy cara apa agar bisa menghasilkan buku dengan cepat
bagi penulis pemula?
|
Bu
Sri, mulai dari yang mudah menurut Ibu... Topik yang paling ibu kuasai. Tapi
tidak ada yang instan, semua harus ,elalui proses. Proses itu akan semakin
cepat jika segera dimulai😉
|
Slmat Sore Ibu.
Terkait R ke-4. Mnurut pnglman Ibu, brapa persen dari ruang pmbaca dapat
ditmpung masukannya dan bgaiman sikap kita dlm mnerima smua kritikan itu agar
tdak trbwa amarah. Trima Ksih- Bernad.Toraja
|
Pak
Bernard,
Tidak
ada rumus baku. Kita siapkan diri kita untuk terbuka terhadap berbagai
masukan. Tapi kita lihat, kalau dia tidak suka karena berkaitan dengan selera
yang berbeda, maka dia bukan target pembaca kita dan ini informasi berharga
bagi kita. Tulisan kita akan memiliki target pembacanya sendiri. Tapi kalau
pembaca tidak suka karena interpretasi yang salah dari hasil karya kita, maka
mungkin cara kita menuliskannya perlu diperbaik...
|
Selamat siang Ibu
Farrah, saya grefer dari kupang, NTT. Apakah review buku yang dimaksudkan
adalah sebelum buku kita diterbitkan, maka buku itu kita berikan kepada
pembaca tertentu untuk membacanya lalu memberikan masukan positif atau
negatif dari buku yang kita tulis. Lalu, dikembalikan dan kita revisi setelah
itu baru diterbitkan? Terima kasih.
|
Betul
pak, tapi bahkan apapun hasil tulisan kita, kita hadirkan pada pembaca &
melihat tanggapannya -- ini bahkan sebelum proses penerbitan, usaha individu
penulis untuk mendapat masukan. Kalau sudah ke penerbit, maka ada
mekanismenya lagi tapi kita pun sudah bisa jelaskan targetnya siapa,
tanggapannya bagaimana kira hingga buku kita itu bisa dibilang layak terbit.
|
Refleksi
Pembicara kali
ini masih sangat muda, pintar dan produktif. Sangat mengispirasi. Amazing
melihat apa yang beliau kerjakan. Hal inilah yang mendorong saya untuk tidak
berhenti berkarya dan menghasilkan karya-karya yang tidak akan pernah lenyap
begitu saja oleh waktu. Saya ingin mewarisi anak-anak saya dengan karya-karya
saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar